Kanker darah umumnya tak memperlihatkan gejala fisik yang kasat mata, misalnya tak muncul benjolan pada bagian tubuh kecuali pada limfoma, seperti yang biasanya terjadi pada kanker payudara.
Kondisi tersebut berujung pada kesulitan diagnosis kanker darah yang kerap membutuhkan waktu lama hingga pada kasus tertentu terlambat ditangani.
Spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi Nadia Ayu Mulansari menjelaskan gejala kanker darah biasanya sulit dikenali sebab tidak memunculkan gejala spesifik dan mirip dengan gejala pada masalah kesehatan lain.
“Tidak ada hal spesifik tertentu yang bisa memicu awareness dari kita sebagai manusia untuk melihat.
Jadi, memang agak sulit didiagnosis,” kata dosen di Fakultas Kedokteran UI itu dalam webinar bertajuk “Sayangi Lansia Kita dengan Deteksi Dini Kanker Darah”, Rabu, 8 Juni 2022.
Ia mengatakan kunci untuk mengenali gejala kanker darah biasanya tak bisa dijelaskan, kondisi tertentu yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya atau berada di luar kelaziman.
Gejala yang umum termasuk demam yang tidak dapat dijelaskan dan terjadi secara timbul hilang, memar atau pendarahan yang tidak dapat dijelaskan, serta penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
Gejala-gejala lain, walaupun tak selalu muncul, termasuk badan terasa lemas, kelelahan, nyeri pada tulang dan sendi, sesak napas, ruam dan gatal-gatal, keringat malam, pembengkakan kelenjar getah bening, hati, dan limpa, hingga pada beberapa kasus Hemoglobin (Hb) atau trombosit turun.
Apabila demam sering terjadi dan sudah lama serta penurunan berat badan yang penyebabnya tidak diketahui, ditambah keluhan-keluhan lain yang terkait kanker darah, Nadia menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan darah terlebih dulu.
“Bila didapatkan gejala-gejala seperti ini harus segera datang ke dokter untuk dicari tahu apakah ada kelainan yang lain walaupun belum tentu ada gejala ada kelainan darah atau kanker darah,” tegas Nadia.
Sebagai spesialis hematologi, ia bercerita tidak jarang menangani para pasien yang sebelumnya pernah didiagnostik demam berdarah 3-4 kali dalam satu tahun.
Ketidakwajaran gejala tersebut seharusnya dapat lebih disadari.
“Padahal Hb-nya juga rendah sedangkan kalau demam berdarah itu Hb-nya biasanya pasti tinggi.
Jarang demam berdarah yang Hb-nya rendah,” tuturnya.
Nadia mengatakan biasanya pasien yang mengalami gejala tertentu mulanya akan memeriksakan diri ke dokter umum atau spesialis yang terkait dengan keluhan pada salah satu organ.
Jika dokter nonhematolog memiliki pemahaman terhadap gejala yang mengarah ke kanker darah, maka penanganan dapat lebih cepat.
“Tidak kami pungkiri, masih banyak juga yang belum cukup waspada dengan hal ini.
Karena nyeri sendi, jadi datangnya ke dokter saraf atau dokter tulang.
Kadang-kadang sudah dioperasi baru ketahuan ada multiple myeloma (kanker yang menyerang plasmosit), misalnya,” kata Nadia.